| | | |
Setiap dari kita setiap akan melaksanakan shalat pasti berwudlu terlebih dahulu, akan tetapi pada banyak kesempatan seseorang hanya ingin mewujudkan syarat ibadah saja, dan ini tidak mengapa (diperbolehkan) dan tujuan pun akan dicapainya. Akan tetapi ada sesuatu yang lebih tinggi dan penting dari hal itu: Pertama: Jika hendak melaksanakan wudhu, hadirkanlah perasaan bahwa Anda sedang melaksanakan perintah Allah, yaitu dalam firman-Nya yang artinya: “Hari orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki” (Al-Maidah: 6)Dengan demikian terwujudlah makna ibadah pada diri Anda. Kedua: Jika Anda sedang berwudhu hadirkanlah perasaaan bahwa Anda sedang berittiba' (mengikuti petunjuk) kepada Rasulullah saw, sebab beliau bersabda: “Siapa yang berwudhu seperti wudhuku ini kemudian ia shalat dua rakaat, [dengan tidak menyibukkan dirinya dalam pelaksanaan shalat tersebut urusan dunia, maka akan diampuni dosanya yang telah berlalu] (HR. Bukhari, Muslim)Dengan demikian Anda telah mewujudkan dua syarat ibadah. Ketiga: Berharaplah pahala dari Allah dengan wudhumu itu, sebab wudhu menghapuskan dosa-dosa, maka hilanglah dosa-dosa yang dilakukan tangan bersama tetesan air wudhu terakhir setelah selesai mencuci tangan. Demikain pula anggota wudhu yang lainnya. Ketiga makna yang agung ini terkadang kita melupakannya. Demikian juga ketika Anda shalat, Anda memulainya dengan menghadirkan perasaan akan perintah Allah dalam firman-Nya yang artinya “Dan dirikanlah shalat” (Al-Baqarah: 43)Kemudian Anda sadar bahwa sedang berittiba' kepada Rasulullah saw dimana beliau bersabda: “Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihatku shalat” (HR. Bukhari, Muslim)Kemudian disertai mengharap pahala dari-Nya, sebab shalat merupakan penghapus dosa diantara dua waktu shalat. Dan ibadah-ibadah lainnya. Hal-hal ini seperti ini telah hilang dari kita, oleh karenanya Anda dapatkan kami -semoga Allah senantiasa memaafkan kita- tidak terwarnai oleh pengaruh-pengaruh (baik dari pelaksanaan) ibadah sebagaimana seharusnya. Padahal kita telah tahu bahwa shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar, akan tetapi siapa diantara manusia setelah melaksanakan shalat pikirannya menjadi (baik) dan shalatnya mampu mencegah dari berbuat keji dan mungkar? Kecuali sedikit saja, sebab tujuan utamanya hilang tidak terwujud. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar